21 Mar 2016

Catatan ngAJI : Media Sebagai Mata Rantai Peringatan Dini


Peta Episentrum Gempa Bumi (Foto/Zainul Arifin)

Media memiliki peran penting dalam rantai penyebaran informasi peringatan dini bencana tsunami. Percepatan informasi kebencanaan agar segera disebarluaskan ke masyarakat. Tujuannya, untuk meminimalisir korban jiwa maupun kerusakan sebagai dampak bencana. 





Hal itu terungkap dalam diskusi pada Sabtu 19 Maret kemarin di sekretariat Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Malang dengan tema Peran Media dalam Mata Rantai Peringatan Dini Bencana. Diskusi ini menghadirkan perwakilan Stasiun Geofisika Karangkates Malang. Diskusi ini sendiri rutin digelar dengan tema selalu berganti setiap Sabtu malam dengan label ngAJI malam minggu (malming).

“Media memiliki peran penting dalam penyebaran informasi peringatan dini bencana,” kata Zahroni, pengamat Stasiun Geofisika Karangkates Malang.

Untuk bencana kegempaan misalnya, pemerintah telah memasang tsunami early warning system (TEWS). Sepersekian menit setelah gempa berhasil terekam, informasi itu segera disebarkan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Dalam skala pemerintahan mulai pusat sampai tingkat kota/kabupaten, peringatan dini itu segera disampaikan ke pihak berwenang untuk tindakan selanjutnya jika dianggap perlu.

Peringatan dini itu segera disampaikan ke Presiden hingga Bupati/Wali Kota, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sampai ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), hingga ke TNI dan Polri. Informasi ini juga disampaikan ke media agar segera disebarluaskan baik itu melalui media penyiaran maupun melalui media siber.

Media ffektifitas sebagai mata rantai peringatan dini kebencanaan. Sebab, daya jangkaunya luas, kecepatannya, ketepatan dan ketangguhan, pembaharuan informasi, sumber daya manusia yang handal, memiliki standar operasional prosedur penyiaran, dapat memberikan saran penyelamatan sekaligus wahana edukasi bagi masyarakat.

Peran penting media untuk menyebarkan peringatan dini bencana ini bisa dilihat pada peristiwa Tsunami Jepang pada 11 Maret 2011. Selain TV NHK, saat itu ada 122 stasiun televisi, 24 radio AM dan 25 radio FM ikut menyebarkan peringatan dini tsunami. Informasi yang cepat disampaikan dan akurat itu memiliki kontribusi penting untuk menyelamatkan nyawa dan melindungi kehidupan.

Di Indonesia, butuh proses untuk membangun media sebagai mata rantai peringatan dini. Mulai dari menyusun kerangka peraturan penyebarluasan informasi peringatan dini yang terintegrasi antara pemerintah dan media. Membangun kerjasama antara pusat pusat peringatan dini dan media.

Pendidikan dan pelatihan untuk jurnalis juga penting dilakukan. Agar penyebarluasan informasi peringatan dini tetap relevan sehingga masyarakat dengan terbiasa terdidik dan terbiasa untuk dapat cepat merespon informasi yang disampaikan.

No comments:

Post a Comment