*Oleh: Aris N. Hidayat
Foto/Hayu Yudha P |
Foto merupakan media komunikasi visual. Oleh karena itu, membuat karya foto hendaknya haruslah
mampu menyampaikan pesan/informasi dari visual yang ditampilkan. Agar sebuah foto mampu bercerita maka diperlukan adanya sebuah judul
dan juga caption
(keterangan foto). Dua element
tersebut akan mengarahkan pembaca memahami maksud atau pesan pada
foto.
Oleh
karena itu, menjadi penting ada sebuah proses pengggalian data, ketika kita
membuat karya foto. Kegiatan penggalian data inilah yang akan menjadikan karya foto
kita sebagai karya foto yang informatif dan mampu menyampaiakn informasi kepada
pembaca (masyarakat). Ulasan di atas
adalah gambaran singkat tentang bagaimaana proses penciptaan dan tujuan adanya
karya fotojurnalistik.
Definisi
Fotojurnalistik
Menurut
Wilson Hicks, editor majalah Life (1937-1950) fotojurnalistik adalah perpaduan
antara kata dan gambar yang menghasilkan satu kesatuan komunikasi . Frank P. Hoy dalam bukunya
“Photojournalism The Visual Approach” menjelaskan bahwa ada delapan karakteristik
dalam fotojurnalistik, yaitu:
- Fotojurnalistik adalah komunikasi melalui foto. Komunikasi berupa pesan visual dari pandangan fotografer terhadap suatu subyek, tetapi pesan yang disampaikan bukan merupakan ekspresi pribadi.
- Medium fotojurnalistik berupa media cetak, wire services (AP, AFP, REUTERS, EPA dll) surat kabar, majalah. Dalam perkembangannya sekarang ini medium fotojurnalistik meluas ke internet, televisi dan medium lain di luar medium cetak.
- Fotojurnalistik adalah kegiatan melaporkan berita.
- Fotojurnalistik adalah perpaduan antara foto dan teks foto (caption).
- Fotojurnalistik berhubungan dengan manusia. Pewarta foto harus mempunyai ketertarikan terhadap manusia dan permasalahnnya.
- Fotojurnalistik adalah komunikasi dengan orang banyak (mass audience), pesan yang disampaikan harus tepat dan dimengerti oleh berbagai kalangan.
- Fotojurnalistik merupakan hasil kerja editor foto. Foto editor yang baik mempresentasikan fotojurnalistik yang dihasilkan pewarta foto menjadi lebih efektif, dengan mengedit, mengkroping sebelum dipublikasikan.
8. Tujuan
fotojurnalistik adalah menyampaikan informasi kepada publik, sesuai amandemen
kebebasan berbicara dan kebebasan pers (konstitusi di USA).
Kategori Fotojurnalistik
SPOT NEWS
Spot
news adalah foto-foto yang dihasilkan dari peristiwa yang tidak terjadwal atau
kejadian yang tidak terduga yang diambil pewarta foto di tempat kejadian. Foto
spot news bersifat spontan, misalnya peritiwa kebakaran, kecelakaan, bencana
alam dll.
GENERAL NEWS
Foto
general news adalah foto-foto yang dihasilkan dari peristiwa yang sudah
terjadwal, atau sudah direncanakan sebelumnya. Misalnya, konser musik,
pemilihan umum, parade militer.
FEATURES
Foto
features adalah foto yang bersifat tidak terikat kepada waktu (timeless) yang
memotret tentang kehidupan sehari-hari manusia dipandang dari segi
kemanusiaannya (human interest). Misalnya, pembuat mainan anak-anak, pedagang
asongan, subyeknya bisa bermacam-macam, dari hewan sampai manusia dengan
berbagai macam kondisi.
SPORT
Foto
sport adalah foto yang dihasilkan dari peristiwa olah raga. Foto sport meliputi
sport news dan sport features.
POTRAIT
Foto
potrait adalah menampilkan wajah seseorang untuk menampilkan segala aspek dan
karakter dan juga personaliti orang yang dipotret. Dilihat dari ragamnya,
potrait terbagi menjadi dua, potrait close-up dan environmental potrait.
FOTO ILUSTRASI
Foto
yang dipergunakan untuk menggambarkan ide-ide abstrak. Di kategori ini seorang
pewarta foto punya kesempatan untuk mengembangkan imaginasinya secara bebas.
Pewarta-foto
menggunakan foto sebagai bahasa visual
untuk berkomunikasi dengan siapa pun yang melihat karyanya (di media pers
cetak, ruang maya, ruang pamer, katalog, slide show dll). Pada saat bertugas, seorang pewarta-foto
dituntut untuk mampu menggabungkan
ketrampilan teknis fotografi dan
kewajiban melaporkan sesuatu di
dalam atau bersanding dengan foto karyanya, sehingga foto-foto yang dihasilkan
sanggup menarik dan menawan mata (artistik)
sekaligus harus bermuatan/disertai berita/informasi yang akurat (jurnalistik).
Untuk
menyampaikan berita dan atau informasi, seorang pewarta foto dapat menggunakan
satu foto saja - lazimnya disebut FOTO TUNGGAL (SINGLE PHOTO) atau
rangkaian dari beberapa foto sekaligus yang biasa dikenal dengan istilah PHOTO STORY.
Beberapa
hal pokok yang perlu diperhatikan oleh seorang Pewarta-foto saat bertugas
adalah sebagai berikut :
SEEING
‘Melihat’
wajib dilakukan setiap saat, bahkan
ketika tidak sedang menggunakan kamera. Melihat dengan sikap tubuh berbeda
(jongkok, berdiri, high angle, low angle dll) akan menghasilkan
komposisi yang berbeda pula. Jarak yang berbeda (menjauh/mendekat), pergeseran
posisi pandang (kiri/kanan/depan/belakang dll) dan lebar/sempit lensa (jika
sedang menggunakan lensa) juga akan berpengaruh terhadap komposisi foto.
Melihat adalah proses
mengumpulkan informasi sebagai bahan pertimbangan KAPAN & DIMANA harus
memotret – kapan shutter harus
ditekan.
MOMENT
Berbeda
dengan dunia film (movie), dimana kamera video/TV yang mampu memberikan
keleluasaan untuk merekam suatu/rangkaian peristiwa dan menghasilkan tayangan
‘gambar hidup’ – menghadirkan kembali peristiwa-peristiwa secara lebih utuh;
dunia fotografi justru (seperti ‘dikutuk’) menayangkan ‘gambar mati’ (beku)
dari salah satu bagian dari peristiwa yang terekam.
Yang satu mampu merekam dan
memvisualkan kembali (tayang) urutan banyak
sekali gambar dari suatu peristiwa/moment secara lebih utuh; yang lain
hanya mampu merekam bagian-bagian peristiwa dan menayangkan kembali 1 gambar saja dari salah satu bagian
peristiwanya – jauh dari utuh!
Membuat
setidaknya satu gambar mati atau beku dari bagian-bagian suatu peristiwa telah
lama menjadi tantangan terumit (bahkan obsesi!) bagi sebagaian besar
Pewarta-foto. Seperti mencari satu gambar dari jutaan kemungkinan yang dapat
dan tepat mewakili peristiwa yang terjadi. Ada semacam keyakinan luar biasa
yang telah meluas di antara fotografer bahwa ‘memang ada’ foto yang semacam
itu: SEBUAH FOTO YANG MEWAKILI SUATU PERISTIWA.
Faktanya,
fotografi tak pernah bisa merekonstruksi suatu peristiwa, tetapi yang - pasti! – ia sanggup membawa orang untuk
tertarik, tahu dan mengimajinasikan peristiwanya. Jika fotojurnalistik memiliki
kesanggupan seperti itu, tentulah, si Pewarta-foto telah menjalankan tugasnya
dengan baik.
Patokan
yang dapat digunakan untuk menilai
keberhasilan sebuah foto (foto tunggal /1 foto) adalah, dengan menyadari
sepenuhnya bahwa foto sebagai bahasa visual, adalah sejauh mana
informasi/berita yang ingin disampaikan si fotografer MELALUI FOTOnya dapat dimengerti oleh publik, dan sekaligus
dapat menggugah emosi/rasa mereka.
CAPTION
FOTO
Teks
foto
adalah kata-kata yang menjelaskan foto. Teks foto diperlukan untuk melengkapi
foto, bertujuan untuk menghilangkan salah tafsir dalam melihat foto. Teks foto
dibagi menjadi dua, yaitu caption penuh dan caption singkat dan ditujukan untuk
pembaca yang berbeda.
“Gambar segera mengirimkan pesan, namun kata-katalah yang membentuk dan memberikan
fokus pada pesan tersebut. Kata-kata mempunyai fungsi yang penting dalam
komunikasi.”Disimpulkan dari berbagai
riset dan studi oleh Kenneth Kobré, “PHOTOJOURNALISM: The Professionals’
Approach”
FUNGSI
CAPTION
Menghindari keraguan dan misinterpretasi atau
multi-interpretasi.
Mengarahkan pembaca pada elemen yang dikehendaki
fotografer.
Menambah informasi yang tidak dapat dikirim melalui
sebuah gambar
(nama,
umur, asal-usul, alamat, dsb).
Apapun
penugasan anda, foto-foto yang dilengkapi caption, kebiasaan ini akan
mempermudah anda dan editor, serta memperlihatkan keprofessionalan seorang
fotografer. Pembaca akan membaca keseluruhan artikel berdasarkan apa yang
mereka lihat di foto dan caption.
Syarat-sarat untuk membuat
caption yang penuh adalah sebagai berikut:
- Teks foto harus dibuat minimal dua kalimat.
- Kalimat pertama menjelaskan gambar, sedang kalimat kedua dan seterusnya menjelaskan data dan informasi yang dimiliki.
- Teks foto harus mengandung unsur 5 W+1H, yaitu who, what, when, where, why dan atau how.
- Teks foto dibuat dengan kalimat aktif sederhana.
- Sebuah cutline- mulailah dengan fakta yang signifika, menarik atau tidak biasa.
- tulis dalam bahasa asli dan terjemahnnya jika ada kutipan atau teks penting di dalam frame.
- Hindari menulis apa yang sudah tampak jelas.
- jangan berspekulasi atas apa yang mungkin dipikirkan atau dirasakan si subyek.
5W+1H
Who
Siapa
yang ada di foto, dalam hal ini seseorang yang penting dalam
foto tersebut. Untuk grup foto di dalam caption harus dijelaskan berdasarkan
urutannya(dari kiri ke kanan) atau diberikan sebuah identitas,
seperti…..berdasi. Apabila foto menyangkut seseorang harus menyertakan nama,
umur juga profesinya apabila diperlukan. Apabila di dalam foto menggambarkan
tentang profil seseorang, nama, umur, pekerjaan serta identitas lainnya harus
dicantumkan setelah nama yang bersangkutan.
What
What
menerangkan, “apa yang dilakukan”
atau apa yang terjadi di dalam foto.
When
When
menerangkan “kapan” kejadian di dalam
foto tersebut.
Where
Where
menerangkan tempat kejadian dalam
foto tersebut.
Why
Why
untuk menerangkan mengapa, dengan
mengacu action di kalimat pertama. Disebabkan ada mogok masal para sopir
angkutan, lalu lintas perekonomian di Jakarta lumpuh.
KREDIT
FOTO
Sebuah penghargaan atas gambar kepada fotografer
dan/atau agensi sangat diperlukan.
Pastikan Anda mencantumkan nama anda!
Untuk
mendapatkan info seorang pewarta foto harus:
- Berusaha mendapatkan informasi dari diri sendiri, jangan tergantung dari orang lain maupun reporter.
- Hati-hati dengan nama seseorang dan juga gelar.
- Untuk acara yang terjadwal, dapatkan segala press release, daftar nama, dan teks pidato, kumpulkan untuk keperluan editorial.
- Untuk peristiwa spot news, kumpulkan segala informasi yang sebanyak mungkin sebab belum banyak orang yang mengetahui peristiwa yang sedang berlangsung. Dapatkan nama dan telepon sumber-sumber yang bisa dipercaya di tempat kejadian.
Aspek-Aspek
Teknis di fotojurnalistik
Komposisi.
Cara anda mengatur
komposisi gambar adalah faktor terbesar yang menentukan gaya pribadi anda dan
kemampuan anda untuk menyampaikan pesan ke para pembaca.
Seperti
layaknya seorang komposer yang mengarahkan terompet, cello, biola, dan berbagai
macam instrumen lainnya untuk menciptakan musik ciptaan sendiri. Dengan cara
serupa, pewarta foto mengatur komposisi gambar menggunakan cahaya, garis,
keseimbangan, bingkai, waktu dan beerbagai teknis fotografis lainnya.
Masing-masing
pengarang lagu dan fotografer menggunakan instrumen mereka dengan cara yang
berbeda untuk menghasilkan gaya masing-masing yang unik.
Dengan
mempelajari komposisi, dan mempelajari bagaimana melanggar aturan-aturan
tersebut, anda bisa membuat gambar-gambar lebih dinamis, kuat dan merebut
perhatian.
Belajar untuk Melihat Secara Fotografis.
Kita
perlu belajar bagaimana kamera melihat, karena fotografer tidak hanya sekedar
memproduksi ulang satu adegan yang ditangkap oleh mata manusia. Kamera hanya
bisa merekam sebagian dari keseluruhan situasi, menyederhanakan menjadi dua
dimensi, memberikan bingkai dan menghentikannya di satu titik tertentu.
Pelajari Foto
Cara terbaik untuk belajar bagaimana membuat
foto yang menarik adalah dengan melihat banyak foto. Selain itu kita perlu
melihat lukisan, baik yang kuno atau modern, juga film. Semakin banyak gambar
yang anda pelajari, semakin banyak yang anda simpan dalam ingatan.
Seimbang
Apabila
menggunakan aturan sepertiga, maka foto anda akan kelihatan seimbang, yaitu
salah satu aspek penting dalam komposisi. Seimbang bisa berarti menempatkan
satu obyek kecil gelap di pojok bingkai berhadapan dengan area besar yang
bercahaya yang ada di keseluruhan bidang gambar.
Background dan foreground
Perhatikan
hubungan antara bagian depan dan latar belakang. Mana yang lebih kita
pentingkan, dengan mengatur titik fokus. Selalu perhatikan latar belakang
(background) amati hal-hal seperti tiang lampu dan pohon yang tumbuh di atas
kepala orang dan hindari detil detil yang rumit yang bisa memecah perhatian
dari subyek utama.
Menggunakan Bingkai (Framing)
Framing
digunakan untuk membingkai obyek utama. Hal yang penting dalam framing, usahakan
elemen di dalam bingkai berinteraksi dengan bingkai itu sendiri, sehingga
menciptakan gerak, energi dan drama.
Cahaya
Cahayalah yang menciptakan foto.
Kualitas cahaya dari sebuah foto memainkan peranan penting dalam menyampaikan
pesan.
Mengetahui
bagaimana menggunakan cahaya secara kreatif adalah menjadi ciri khas dari
seorang pewarta foto yang baik. Amati sumber cahaya yang ada dan manfaatkanlah
cahaya tersebut. Bergeraklah sekitar subyek untuk mendapatkan cahaya yang
terbaik. Amati Lukisan Rembrandt dan Carravaggio untuk melihat contoh dari
teknik tersebut.
Selain
cahaya matahari, kita bisa mendapat sumber cahaya lainnya seperti, lampu
bohlam, lilin, obor, dan juga artifisial light yang bisa kita dapatkan dari
flash atau lampu kilat. Hindari menggunakan flash kecuali benar-benar
diperlukan.
Berlatihlah
untuk melihat cahaya dengan mempelajari lukisan, terutama yang dihasilkan oleh
pelukis-pelukis ahli seperti tersebut di atas, juga dengan menonton film untuk
melihat bagaimana pembuat film mengendalikan cahaya untuk mendapatkan efek yang
diinginkan. Bersabarlah untuk mendaptkan cahaya yang tepat, atau pahami kapan
cahaya tertentu bisa menjadi faktor kunci dari keberhasilan seorang pewarta
foto yang baik.
Nada Warna dan Kontras.
Perhatikan
soal kontras, drama dari sebuah foto bisa diperkuat oleh nada warna gelap dan
terang. Bagian paling terang secara umum akan menarik perhatian, maka sosok
yang terang benderang yang bisa mengalihkan perhatian dari subyek utama.
Warna-warna primer secara umum akan menonjol ditengah-tengah warna lainnya.
Pola dan garis
Amati
pola dan garis dalam gambar, pengulangan dari elemen yang serupa dapat
menciptakan pola yang menarik. Apabila anda mematahkan sebuah pola dengan
elemen lain, maka mata akan dengan segera menangkap hal tersebut. Garis bisa
mengarahkan pandangan pembaca mengelilingi gambar, membuat perjalanan menuju
subyek.
Jangan lupakan pesan anda.
Ada banyak aturan soal komposisi, yang
bisa membantu anda menghasilkan gambar yang kuat dan menarik, tetapi
aturan-aturan tersebut tentu saja dapat dilanggar. Ingatlah apa yang ingin anda
sampaikan, apa pesan anda; lalu pikirkan bagaimana cara menyampaikan hal
tersebut, bagaimana menggunakan teknik yang tersedia agar anda dapat
menyampaikan pesan anda. Di atas segalanya, jangan pernah tergoda untuk
mengorbankan isi demi mementingkan gaya. Sangat mungkin untuk mementingkan
komposisi sehingga anda lupa apa yang sebenarnya yang ingin anda komunikasikan.
Lensa
Lensa
yang berbeda bisa memberikan sudut pandang yang berbeda secara radikal untuk
satu gambar, tetapi anda perlu menggunakannya dengan hati-hati. Pertama,
tanyakan pada diri anda apa yang anda ingin sampaikan dan bagaimana cara
terbaik untuk menyatakan hal tersebut. Hal tersebut dapat membantu anda
menentukan lensa mana yang harus anda gunakan.
Macam-macam lensa.
Lensa
diperlukan fotografer tergantung berdasarkan pekerjaan yang dilakukan, seperti
contohnya fotografer sport akan memerlukan semua jenis lensa dari lensa tele
sampai wide-angle yang extrim. Tetapi bagi yang mengerjakan proyek dokumenter
dalam jangka panjang dalam situasi yang intim menggunakan peralatan ynag
sederhana, biasanya cukup lensa 35mm, 50mm dan lensa 28mm pada saat mereka
perlu memotret lebih ketat karena keterbatasan waktu.
*Penulis adalah Fotografer Tempo dan aktif di Pewarta Foto Indonesia (PFI) Malang
No comments:
Post a Comment