16 Jun 2009

Pers Jangan Terbawa Iklan

KOMPAS, Selasa, 16 Juni 2009 03:02 WIB

Jakarta, Kompas - Dalam pemilu, pers perlu terus membantu menyediakan ruang kosong publik, untuk diisi siapa saja yang dapat membuat rakyat semakin cerdas. Pers jangan terbawa kemeriahan iklan politik, yang memang menguntungkan dari sisi bisnis, tetapi tidak memberikan pendidikan demokrasi yang baik bagi rakyat.

Hal ini disampaikan dosen Filsafat Universitas Indonesia, Rocky Gerung, dalam diskusi tentang pemilu presiden satu putaran, fakta atau fiksi, di Jakarta, Senin (15/6). ”Kita tak bisa membiarkan demokrasi terus dibajak, dan terus terjadi pembohongan publik,” ujarnya.

Rocky mengingatkan, kini angka statistik yang dikeluarkan sering kali mengubah dugaan menjadi kesimpulan. Di dunia akademik itu melanggar etika riset, di dunia pemasaran namanya jadi manipulasi, dan di politik menjadi intimidasi.

”Saya sebetulnya tidak ingin ikut terlena dalam politik yang bising, tak ada mutunya, yang ditampilkan calon presiden dan timnya. Namun, sebagai penonton, saya ingin melihat pertandingan bermutu, yang bisa menampilkan persaingan dalam demokrasi dengan argumentasi yang cerdas,” ujarnya.

Dia menilai, dalam konteks iklan satu putaran, memperlihatkan orang yang cemas dan keinginan untuk mengintimidasi. Ini yang dipamerkan adalah arogansi kekuasaan, dan menutup seni perubahan.

Patrialis Akbar dari Tim Nasional Kampanye Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono menilai, saat kampanye pilpres banyak informasi yang selalu menyudutkan SBY. Masalah daftar pemilih tetap juga dinilai sebagai kesalahan Presiden, padahal itu merupakan kerja bersama. Program yang diklaim SBY pun bisa diklaim calon yang lain. (mam)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/06/16/03025132/pers.jangan.terbawa.iklan

No comments:

Post a Comment