Pilkada Serentak Tahun 2015 Jadi Ujian Independensi Jurnalis |
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Se Jawa Timur menyerukan kepada seluruh jurnalis untuk independen dalam peliputan Pilkada serentak tahun 2015 ini. Seruan itu disampaikan dalam Deklarasi Jurnalis Independen untuk Pilkada Serentak yang dideklarasikan di Alun – alun Tugu Kota Malang, Minggu 6 September sore.
AJI
Se Jawa Timur yang terdiri dari AJI Surabaya, Malang, Jember, Kediri dan
Bojonegoro itu mengimbau pada jurnalis agar mampu menjaga independensinya.
Caranya, dengan tidak berpihak pada peserta pilkada atau menjadi tim sukses
pasangan calon selama masih berprofesi sebagai jurnalis.
“Kami
mengimbau pada seluruh jurnalis untuk tidak menjadi partisan atau terlibat
dalam tim sukses pasangan calon peserta pilkada,” kata Koordinator AJI Jawa
Timur, Hari Istiawan.
Hari
yang juga Ketua AJI Malang ini menambahkan, momen Pilkada serentak di tahun 2015
ini menjadi ujian sesungguhnya terhadap independensi jurnalis. Agar tak ada
konflik kepentingan, AJI menyarankan pada para jurnalis untuk memilih antara
menjadi tim sukses pasangan calon atau tetap menjadi jurnalis.
“Media
harus menyajikan informasi yang akurat, berimbang dan kredibel di tengah
masyarakat. Berita tidak boleh bertendensi mendukung salah satu pasangan calon,”
ucap Hari.
“Jurnalis
lebih baik mengundurkan diri dari profesinya dan terjun dalam dunia politik
praktis. Sebagai jurnalis, sajikan informasi yang bermutu dan memberikan
pendidikan politik pada masyarakat. Itu tidak akan terwujud jika jurnalis
menjadi partisan,” lanjutnya.
Deklarasi
itu sendiri dilakukan seusai Workshop Menguji Independensi Jurnalis Dalam
Pilkada Serentak 2015 yang digelar 5 – 6 September. Seruan menjaga independensi
itu belajar dari pengalaman Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden di 2014 lalu.
Saat itu, terutama pada Pilpres banyak jurnalis yang terbelah karena pilihan
politik perusahaan media.
Keterlibatan
pemilik perusahaan media dalam tim pemenangan Pilpres memaksa jurnalis harus
berhadap – hadapan antara satu dengan yang lain. Dampaknya, informasi yang
disajikan pada masyarakat sarat dengan kepentingan pemodal. Karena itu, seruan
independensi kembali diteguhkan.
Selain
mendeklarasikan Jurnalis Independen, AJI Se Jawa Timur juga akan melakukan
monitoring konten media. Pengawasan dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu
selama masa kampanye Pilkada. AJI tak segan melaporkan temuan itu kepada Dewan
Pers. AJI juga mengajak organisasi profesi jurnalis lainnya untuk bersama –
sama menjadi penjaga demokrasi.
AJI
juga akan mengkampanyekan kepada penyelenggara Pilkada dan partai politik agar mau
menyelesaikan sengketa pemberitaan melalui mekanisme yang diatur oleh UU Nomor
9 Tahun 1999 tentang Pers. Serta meminta penyelenggara Pilkada dan partai
politik tak segan untuk melapor jika ada media yang terindikasi terlibat
politik praktis.
“Kami
berencana berkomunikasi dengan Dewan Pers untuk membuat posko pengaduan tentang
pelanggaran media dan jurnalis,” kata Ketua AJI Jember, Ika Ningtyas.
Ketua
KPU Jawa Timur, Eko Sasmito mengakui banyak jurnalis yang menjadi tim
pemenangan pasangan calon peserta pilkada. Meskipun mereka tidak secara terang –
terangan masuk dalam struktur tim pemenangan pasangan calon.
“Ada
yang mengakui masuk dalam tim pemenangan calon meski tak masuk dalam struktur
tim itu secara resmi. Ini masalah etika, kami tak punya kewenangan menindak masalah
itu,” ujar Eko usai menjadi pembicara workshop.
No comments:
Post a Comment