25 Mar 2009

Pers Tidak Boleh Netral

Selasa, 24 Maret 2009 16:32 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Wartawan senior Harian Kompas Budiarto Shambazy menyatakan, pers tidak boleh netral, tetapi harus berdiri sendiri. Sebab, fungsi pers yang independenlah yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Pernyataan wartawan yang populer dengan kolomnya bertajuk "Politika" di harian Kompas itu disampaikan dalam diskusi "Isu-isu Keterbukaan Informasi dan Publik" di Hotel Nikko, Jakarta, Selasa (24/3).

"Untuk meneruskan fungsi watch dog, pers boleh bersikap, enggak netral. Pers harus independen," katanya.

Ia mencontohkan seorang wartawan di Amerika berani menyuarakan dukungannya kepada Obama. "Saya berpihak Obama sebagai tokoh yang diharapkan saat ini," katanya menirukan wartawan Amerika tersebut.

Menurut Budi, pers di Indonesia sulit memberitakan yang mana yang bagus atau buruk. "Semua berita tanggung. Seharusnya pemberitaan itu seperti New York Times, digali secara personalitas," lanjutnya.

Selanjutnya, Budi menerangkan, saat ini pers dikalahkan oleh jajak pendapat yang berani mengemukakan pendapat, sedangkan pers cenderung berlindung di balik kenetralan. "Pers enggak mampu melakukan judgement pada capres atau parpol. Enggak fair juga kalau politisi dipojokkan melulu, hanya karena ia tidak melakukan kampanye besar-besaran. Kampanye di Jakarta itu mahal, sehari minimal Rp 5 juta," katanya.

Oleh karena itu, Budi mengajak pers melakukan instrospeksi untuk menyukseskan pemilu. "Pemilu ini gawe nasional, enggak main-main," ujarnya.

http://nasional.kompas.com/read/xml/2009/03/24/16323259/Pers.Tidak.Boleh.Netral

No comments:

Post a Comment